Pages

Thursday, June 29, 2006

Menikah adalah Keajaiban

 
Saya selalu mengatakan bahwa menikah adalah hal yang sangat kodrati. Dalam bahasa saya, menikah tidak dapat dimatematiskan. Jika suatu saat ada orang yang mengatakan, "secara materi saya belum siap," saya akan selalu mengejar dengan pertanyaan yang lain, "berapa standar kelayakan materi seseorang untuk menikah?"

Tak ada. Sebenarnya tak ada. Jika kesiapan menikah diukur dengan materi, maka betapa ruginya orang-orang yang papa. Begitu juga dengan kesiapan-kesiapan lain yang bisa diteorikan seperti kesiapan emosi, intelektual, wawasan dan sebagainya. Selalu tak bisa dimatematiskan. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa menikah adalah sesuatu yang sangat kodrati.

Bukan dalam arti saya menyalahkan teori-teori kesiapan menikah yang telah dibahas dan dirumuskan oleh para ustadz. Tentu saja semua itu perlu sebagai wacana memasuki sebuah dunia ajaib bernama keluarga itu.

Sebagai contoh saja, banyak pemuda berpenghasilan tinggi, namun belum juga merasa siap untuk menikah. Belum cukup, lah... itu alasan yang paling mudah dijumpai. Dengan gaji sekarang saja saya hanya bisa hidup pas-pasan. Bagaimana kalau ada anak dan istri? Oya, saya juga belum punya rumah....

O-o... Saudaraku, kalau kau menunggu gajimu cukup, maka kau tak akan pernah menikah. Bisa jadi besok Allah menghendaki gajimu naik tiga kali lipat. Tapi percayalah, pada saat yang bersamaan, tingkat kebutuhanmu juga akan naik... bahkan lebih tiga kali lipat. Saat seseorang tak memiliki banyak uang, ia tak berpikir pakaian berharga tertentu, televisi, laptop... atau mungkin hp merk mutakhir. Saat tak memiliki banyak uang, makan mungkin cukup dengan menu sederhana yang mudah ditemui di warung-warung pinggir jalan. Tapi bisakah demikian saat Anda memiliki uang? Tidak akan. Selalu saja ada keinginan yang bertambah, lajunya lebih kencang dari pertambahan kemampuan materi. Artinya, manusia tidak akan ada yang tercukupi materinya.

Menikah adalah sebuah elemen kodrati sebagaimana rezeki dan juga ajal. Tak akan salah dan terlambat sampai kepada setiap orang. Tak akan bisa dimajukan ataupun ditahan. Selalu tepat sesuai dengan apa yang telah tersurat pada awal penciptaan anak Adam.

Menikah adalah salah satu cara membuka pintu rezeki, itu yang pernah saya baca di sebuah buku. Ada pula sabda Rasulullah, "Menikahlah maka kau akan menjadi kaya." Mungkin secara logika akan sangat sulit dibuktikan statemen-statemen tersebut. Taruhlah, pertanyaan paling rewel dari makhluk bernama manusia, "Bagaimana mungkin saya akan menjadi kaya sedangkan saya harus menanggung biaya hidup istri dan anak? Dalam beberapa hal yang berkaitan dengan interaksi sosial juga tidak bisa lagi saya sikapi dengan simpel. Contoh saja, kalau ada tetangga atau teman yang hajatan, menikah dan sebagainya, saya tentu saja tidak bisa lagi menutup mata dan menyikapinya dengan konsep-konsep idealis. Saya harus kompromi dengan tradisi; hadir, nyumbang... yang ini berarti menambah besar pos pengeluaran. Semua itu tak perlu menjadi beban saya pada saat saya belum berkeluarga."

Saat saya dihadapkan pertanyaan 'menikah' pertama kali dalam hidup saya, saya sempat maju mundur dan gamang dengan wacana-wacana semacam ini. Lama sekali saya menemukan keyakinan -–belum jawaban, apalagi bukti–- bahwa seorang saya hanyalah menjadi perantara Allah memberi rezeki kepada makhluk-Nya yang ditakdirkan menjadi istri atau anak-anak saya.

Harusnya memang demikian. Itulah keajaiban yang kesekian dari sebuah pernikahan. Saya sendiri menikah pada tahun 1999, saat umur saya dua puluh tahun. Saat itu saya bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan bakery tradisional. Tentu saja, saya sudah menulis saat itu kendati interval pemuatan di majalah sangat longgar. Kadang-kadang sebulan muncul satu tulisan, itu pun kadang dua bulan baru honornya dikirim.

Dengarkan...! Dengarkan baik-baik bagian cerita saya ini.

Sebulan setelah saya menikah, tiga cerpen saya sekaligus dimuat di tiga media yang berbeda. Beberapa bulan berikutnya hampir selalu demikian, cerpen-cerpen saya semakin sering menghiasi media massa. Interval pemuatan cerpen tersebut semakin merapat. Saat anak saya lahir, pada pekan yang sama, ada pemberitahuan dari sebuah majalah remaja bahwa mulai bulan tersebut, naskah fiksi saya dimuat secara berseri. Padahal, media tersebut terbit dua kali dalam sebulan. Ini berarti, dalam sebulan sudah jelas ada dua cerpen yang terbit dan itu berarti dua kali saya menerima honor. Ini baru serialnya. Belum dengan cerpen-cerpen yang juga secara rutin saya kirim di luar serial.

Tunggu... semua itu belum berhenti. Saat anak saya semakin besar dan semakin banyak pernak-pernik yang harus saya penuhi untuknya, lagi-lagi ada keajaiban itu. Satu per satu buku saya diterbitkan. Royalti pun mulai saya terima dalam jumlah yang... hoh-hah...! Subhanallah...!

Entah, keajaiban apa lagi yang akan saya temui kemudian. Yang jelas, saat ini saya harus tetap berusaha meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya hanyalah perantara rezeki bagi anak dan istri saya... juga –mungkin –orang lain. Dengan begitu, mudah-mudahan saya bisa melepaskan hak-hak tersebut yang melekat pada uang gaji ataupun royalti yang saya terima.

Ya Allah... mampukan saya.

Sakti Wibowo

Cikutra, Bandung.
Selasa, 28 Januari 2003, 8:48:44
sakti@syaamil.co.id

Sepekan pasca banjir di Sinjai

Sudah sepekan setelah banjir di Sinjai. Sekarang saya di Sorowako lagi melanjutkan pencarian 'maisyah' :). Semua info tentang sinjai sekarang saya tunggu dan lihat dari website http://www.sinjai.go.id . Alhamdulillah, mudah-mudahan website itu akan semakin bagus dan Sinjai semakin maju dan masyarakatnya bisa mengambil 'ibrah' dari musibah ini.

Saturday, June 24, 2006

Banjir dan Longsor di Sinjai

Banjir Bandang melanda Sinjai, kecamatan Sinjai Utara (termasuk daerah Kota Sinjai) dan Kecamatan Sinjai Timur. Sedangkan daerah kecamatan lain mendapat musibah tanah longsor. Satu-satunya kecamatan yang bebas adalah Kecamatan Pulau-Pulau Sembilan. Korban semakin banyak dan proses evakuasi korban masih terus dilakukan. Data lengkap tentang korban dan kerugian materil bisa dilihat di http://www.sinjai.go.id.

Kemarin malam saya mendengar relawan dari PKPU dan P2B PKS terjebak di daerah tanah longsor di Sinjai Tengah. Alhamdulillah setelah konfirmasi ke posko bencana mereka baik-baik saja hanya belum bisa pulang ke posko sementara mereka membawa beberapa korban. Satu hal yang menarik adalah karena daerah itu belum bisa ditembus tapi kenapa mereka bisa dengan berani masuk ke sana ? sedangkan tentara saja kembali ke posko dan belum 'mau' masuk ke dalam. ??

Friday, June 23, 2006

Banjir di Sinjai

Banjir di Sinjai.
Saat ini banyak relawan yang turun untuk membantu memberikan sumbangan
dan evakuasi korban. Info selengkapnya tentang data-data korban bisa
dilihat di <a href=http://www.sinjai.go.id>website sinjai</a>.

Korban lebih banyak ditemukan dari Kecamatan Sinjai Utara, khususnya
Kelurahan Biringere. Banyak korban jiwa dan harta.

Beberapa keluarga juga ikut menjadi korban banjir di kelurahan tersebut. :(

Arus banjir pada saat itu sangat deras sehingga orang-orang yang
keluar rumah pasti akan ikut hanyut. Saya di Sorowako - INCO pada saat
banjir.

Saat ini, infrastruktur komunikasi sudah pulih, internet dan jaringan
LAN sinjai serta Radio Suara Bersatu.

Relawan dari PKPU dan P2B PKS juga ada memberikan bantuan.

Mudah-mudahan cobaan ini memberikan 'pelajaran' sehingga kita bisa
bersabar dan memperbaiki diri karena kita tidak tahu kapan 'waktu'
yang ditentukan datang kepada kita.

--
Muhammad Takdir
Project Manager - Multi Data Desain
Office : 0411888901 04115028105
Hp : 081342222305

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...